Beranda

Tips : Penerapan Skema High Pressure Defensive Block pada FMmu #CurhatSeorangManajer

1 Komentar

Ditulis oleh : Andy Bowgehl .
Kamu juga ingin tulisan tentang Football Managermu dimuat di Artupoke.com, cek dimari !

Ini adalah bagaimana saya memaknai counterpressing menurut pemahaman saya sendiri, orang lain mungkin akan memiliki pendapat yang berbeda. Perlu diketahui bahwa counterpressing sendiri memiliki banyak varian, salah satunya adalah high block pressing yang akan menjadi topik pembahasan saya. Pressing merupakan sebuah usaha untuk merebut kembali bola dari penguasaan lawan, tapi merebut bola bukan berarti dengan terus mengejar lawan yang membawa bola dan kemudian melakukan kontak fisik agar bola kembali direbut. Sederhananya pressing bisa berarti memaksa lawan melakukan sesuatu agar kehilangan penguasaan bola, bisa juga untuk mencegah lawan melakukan tindakan lebih lanjut dalam hal membangun serangan.

Menurut saya counterpressing adalah usaha untuk segera bertahan (bisa dengan merebut bola atau membuat lawan tertekan dan melakukan kesalahan) sebelum lawan bersiap untuk menyerang, kebalikan dari counter-attack (1). Sementara high block pressing, yang merupakan varian dari counterpressing, adalah usaha pressing yang dilakukan di area pertahanan lawan (2). Tujuan dari high block pressing adalah untuk memaksa lawan bermain di area pertahanan mereka sendiri. Sedangkan hasilnya adalah bila bola berhasil direbut maka proses serangan balik akan lebih cepat karena posisinya dekat dengan gawang lawan, dan bila tidak berhasil maka pressing yang dilakukan harus bisa memaksa lawan mengirimkan bola panjang kedepan, yang mana akan lebih mudah diintersep oleh barisan pertahanan kita.

Tidak ada formasi khusus untuk bisa memainkan sistem high block pressing. Hanya saja formasi apapun itu harus bisa membentuk blokade pressing khususnya di lini tengah yang tidak bisa dengan mudah ditembus lawan melalui passing pendek. Jadi formasi yang dibentuk harus punya barisan lini tengah yang kuat dan rapat secara posisi. Sebagai contoh saya menggunakan formasi 4-4-2, karena saya memang menyukai formasi ini. Tapi tidak menutup kemungkinan menggunakan formasi lain selama unsur blokade pressing tetap bisa diciptakan. Oke, mari masuk ke sisi teknisnya…

Lainnya
Iklan

Tips : Menentukan atribut penyerang sesuai taktik yang dimainkan #CurhatSeorangManajer

Tinggalkan komentar

Ditulis oleh : Andy Bowgehl .
Kamu juga ingin tulisan tentang Football Managermu dimuat di Artupoke.com, cek dimari !

Kota Hamburg, Jerman
21 Januari 2024

Kami sukses mengalahkan Dortmund tiga gol berbalas satu. Hanya saja kemenangan itu harus dibayar dengan cederanya penyerang andalan saya, Anuar Gonzales (regen). Cedera serius yang menurut laporan tim medis akan memakan waktu lebih dari 5 minggu. Dengan ini praktis saya hanya punya satu penyerang murni Borja Mayoral, padahal sejak awal musim tim saya sudah terbiasa bermain dengan dua penyerang di depan. Sebenarnya ada dua pemain lain yang biasa saya paksakan main di posisi penyerang ketika saya butuh rotasi, yaitu Lovro Majer dan Xadas yang merupakan gelandang serang kreatif, bukan penyerang murni. Tapi akhir-akhir ini di media sedang gencar pemberitaan tentang Manchester City yang sangat serius untuk mendatangkan Xadas. Dan si pemain sendiri sudah menyatakan dia juga ingin bergabung dengan Manchester City karena tergiur dengan gaji selangit yang ditawarkan. Karena Xadas adalah satu dari tiga pemain yang dianggap sebagai team leader, maka menolak tawaran dari City hanya akan membuat pemain lain akan ramai-ramai memprotes keputusan saya.

Akhirnya saya memilih untuk mencari penyerang baru disamping kebutuhan utama saya mendapatkan sayap kiri dan tambahan fullback kanan (sudah sejak pertengahan Desember saya meminta tim scouting memberikan rekomendasi winger kiri dan fullback kanan). Saya tidak bisa hanya mengandalkan Borja Mayoral seorang karena di bulan Februari akan ada jadual padat mulai dari berkunjung ke markas Bayern pada lanjutan Bundesliga kemudian lanjutan putaran ketiga DFB Pokal dan fase gugur pertama Liga Champions.

Waktu 10 hari tidak cukup untuk saya memberikan assignment baru kepada tim scouting untuk mencarikan penyerang sesuai kriteria yang saya inginkan. Terpaksa saya bongkar-bongkar lagi berkas laporan mingguan tim scouting yang berisi rekomendasi pemain-pemain potensial dari liga-liga besar Eropa. Taktik yang sedang saya mainkan di Hamburger SV saat ini adalah kombinasi Pass to Space dan Hit Early Cross. Sederhananya adalah ketika pemain saya berhasil merebut bola, maka dia harus segera mencari kesempatan untuk bisa mengirimkan bola di belakang garis pertahanan lawan (katakanlah direct counter attack). Untuk itu, kriteria utama dari penyerang yang saya butuhkan adalah Off the Ball, Acceleration dan Pace.

Off the Ball adalah kemampuan pemain ketika tidak menguasai bola untuk bergerak mencari posisi yang tepat yang membuat dia bisa dengan mudah menerima bola yang dikirimkan. Ini adalah atribut khusus bagi penyerang, sementara Positioning yang maksudnya kurang lebih sama adalah atribut khusus bagi pemain bertahan. Sederhananya, penyerang dengan Off the Ball yang baik akan membuat dia pandai mencari posisi ideal untuk mencetak gol.

Sementara Acceleration adalah seberapa cepat seorang pemain bisa mencapai kecepatan lari maksimal (Pace). Bagi saya, Acceleration dan Pace adalah satu kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Acceleration merupakan kemampuan pemain mempercepat lajunya dari mulai titik nol hingga mencapai kemampuan lari maksimalnya, sementara pace merupakan kecepatan lari maksimal yang bisa dilakukan. Pace sendiri sangat dipengaruhi oleh Stamina, bila Stamina nilainya kecil maka si pemain tidak akan bisa menjaga laju larinya untuk jarak tempuh yang cukup jauh. Oleh karenanya, ada banyak kejadian dimana penyerang yang berhasil lolos dari penjagaan bisa dikejar kembali oleh penjaganya karena si penyerang tidak mampu menjaga laju larinya tetap stabil sampai jarak tertentu. Disamping itu, Balance juga ikut menentukan keberhasilan lari dari pemain. Balance merupakan keseimbangan tubuh pemain. Semakin kuat Balance si pemain membuat dia tidak mudah terjatuh ketika beradu badan dengan pemain lawan dalam situasi adu lari. Sebagai contoh, Acceleration dan Pace yang dikombinasikan dengan Balance dan Stamina akan membuat si pemain bisa seperti Bale yang “mem-bully” Marc Bartra dalam laga El Clasico Final Copa del Rey. Acceleration membuat Bale seperti mendahului start lari melawan Bartra. Kemudian ketika Bartra mencoba melakukan body charge, Balance membuat Bale tidak terjatuh dan bisa tetap melanjutkan lari. Dan kombinasi Pace dan Stamina membuat Bale bisa tetap menjaga laju larinya sampai jarak tertentu sehingga Bartra tidak bisa mengejar dan gol pun tercipta. Dalam satu momen tersebut ada banyak atribut yang mempengaruhi.

Lainnya