Ditulis oleh : @thekikukboy

Kamu juga ingin tulisan tentang Football Managermu dimuat di Artupoke.com, cek dimari !

Liga 1 dan Liga 2 2021/2022 telah berakhir. Bali United keluar sebagai juara dan mengukir sejarah sebagai tim Indonesia pertama yang berhasil mengangkat trofi divisi teratas secara back to back. Bali United baru saja berdiri pada tahun 2015 setelah Pieter Tanuri mengakuisisi lisensi Persisam Samarinda. Meski berumur kurang dari 10 tahun, Bali United telah menjelma menjadi salah satu raksasa baru di kancah sepak bola nasional.

Bali United merayakan gelar juara Liga 1 2021/2022,
Source: Twitter Bali United

Serdadu Tridatu, julukan Bali United, rutin bersaing di papan atas. Di luar lapangan klub kebanggaan Semeton Dewata itu juga memiliki pencapaian yang membanggakan. Bali United adalah tim ASEAN pertama yang melantai di bursa efek. Bali United juga baru saja selesai membangun kompleks latihan mewah untuk menunjang kegiatan operasional klub. Serdadu Tridatu sejauh ini juga menjadi salah satu tim Indonesia yang tidak pernah diterpa isu kesulitan keuangan.

Di kutub berseberangan, Persipura Jayapura, Persela Lamongan, dan Persiraja Banda Aceh harus menerima kenyataan bahwa mereka gagal bertahan di divisi teratas. Padahal Persipura Jayapura adalah tim tersukses dalam sejarah sepak bola nasional. Mutiara Hitam, julukan Persipura, telah merengkuh 5 gelar juara divisi teratas liga Indonesia.

Fenomena yang terjadi musim ini memang sering terjadi di persepak bolaan Indonesia. Setiap tim memiliki peluang yang sama untuk dapat menjadi juara atau terdegradasi ke Liga 2. Sedikit saja tersandung, tim pesaing dapat segera menyalip. Kejutan dapat hadir tiap pekannya.

Bagi pemain Football Manager asal Indonesia terutama yang memang mengikuti perkembangan sepak bola nasional, melatih tim Liga 1 (atau Liga 2) dapat menjadi alternatif tantangan yang menarik. Kompetisi yang begitu ketat, bursa transfer yang sangat berbeda dari liga-liga besar Eropa, nama-nama yang begitu familiar, sampai pasar pemain yang tidak begitu luas (karena kecil kemungkinan sebuah tim Indonesia dapat berbelanja dengan mudah di liga-liga besar Eropa, Amerika, atau bahkan Asia) merupakan daya tarik tersendiri.

Tentunya bagi sebagian orang, memilih tim Indonesia dapat dilakukan sambil menutup mata karena kebanyakan dari mereka telah memiliki tim favoritnya masing-masing. Alasan ketidakpuasan terhadap kinerja tim favorit di dunia nyata sudah cukup bagi mereka untuk dapat membalikan keadaan di universe FM. Namun bagi sebagian yang lain, terutama mereka yang tidak mengikuti sepak bola nasional, sulit untuk dapat menentukan tim mana yang cocok untuk ditangani.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memberikan sedikit referensi bagi Anda dalam memilih tim Liga 1 (atau Liga 2) mana yang dapat menjadi tantangan yang menarik. Berikut 7 kategori klub Indonesia paling menarik menurut penulis.

1. Klub “Siluman” (RANS Cilegon FC, Dewa United, AHHA PS Pati)

Source: Twitter RANS Cilegon FC, Dewa United, dan AHHA PS Pati

Sepak bola Indonesia terkenal dengan mudahnya kepemilikan sebuah klub berpindah tangan. Memang di liga luar negeri pun perpindahan kepemilikan bukanlah suatu hal yang sulit dilakukan. Namun kebanyakan, perpindahan kepemilikan klub luar negeri terjadi melalui jual-beli kepemilikan saham klub yang bersangkutan. Rata-rata klub sepak bola yang memiliki pemilik baru tidak akan berpindah homebase, merubah logo, ataupun mengganti nama klub. Ketiga unsur di atas adalah identitas penting dari sebuah klub olahraga.

Berbeda halnya dengan industri sepak bola Indonesia. Pergantian kepemilikan klub dapat terjadi dengan intensitas yang cukup sering. Pergantian kepemilikan klub juga berarti terancamnya identitas klub yang lama. Sebab di Indonesia, pergantian kepemilikan klub identik dengan jual-beli lisensi bukan saham.

Fenomena ini sudah dimulai sejak lama. Sebut saja Pemda Sumatera Selatan yang membeli lisensi Persijatim Jakarta Timur pada 2004 dan merubah nama klub menjadi Sriwijaya FC serta memindahkan homebasenya ke Palembang atau Pieter Tanuri yang mengakuisisi lisensi Persisam Samarinda pada 2015 dan merubah nama klub menjadi Bali United serta memindahkan homebasenya ke Bali. Sejak saat itu, baik Sriwijaya FC maupun Bali United seringkali disebut sebagai Klub Siluman.

Klub siluman pada dasarnya adalah sebuah tim instan yang muncul ke permukaan secara tiba-tiba setelah mengakuisi lisensi klub lain. Yang paling terbaru pada awal musim kompetisi 2021/2022 adalah munculnya beberapa klub siluman anyar macam RANS Cilegon FC, Dewa United, dan AHHA PS Pati.

RANS Cilegon FC dimiliki oleh Raffi Ahmad di bawah naungan RANS Entertainment. Raffi mengakuisisi Cilegon United pada 31 Maret 2021 dan langsung merubah nama klub menjadi RANS Cilegon FC yang lalu disahkan dalam kongres PSSI pada 29 Mei 2021.

Dewa United dimiliki oleh Tommy Hermawan Lo, Rendra Soedjono dan Kevin Hardiman. Mereka mengakuisisi Martapura FC pada 22 Februari 2021 dan menganti nama klub menjadi Dewa United sekaligus memindahkan homebase-nyake Tangerang.

Sedangkan AHHA PS Pati dimiliki oleh duo Atta Halilintar dan Putra Siregar. Keduanya mengakuisisi PSG Pati pada 2021. Menariknya Atta dan Putra memutuskan untuk tidak memindahkan domisili klub mereka dengan alasan PSG Pati sebelumnya telah memiliki fasilitas yang mumpuni di Pati.

Nah mengapa klub siluman menarik untuk ditangani di FM 2022? Melatih klub siluman artinya membangun sebuah klub dari titik 0. Apalagi pada update terbaru, para pemain dan staff pelatif tim Liga 2 kebanyakan sudah diboyong klub Liga 1 sebab di dunia nyata kompetisi Liga 2 sudah berakhir.

Mari ambil contoh RANS Cilegon FC. Pada dunia nyata pelatih kepala mereka selama menjalani kompetisi adalah Rahmad Darmawan, namun ketika kompetisi selesai coach RD memutuskan untuk kembali ke Liga 1 bersama Barito Putera. Hal tersebut menyebabkan RANS Cilegon FC kehilangan pelatih utamanya sehingga jabatan tersebut menjadi lowong di FM 2022.

Selain itu melatih klub siluman juga berarti membuat sejarah sejak awal klub tersebut berdiri. Bagi Anda yang menjadikan mengukir sejarah sebagai patokan keberhasilan, melatih klub siluman sangat menarik sebab standar yang ada begitu rendah. Beda halnya dengan melatih klub tradisional macam Persija, Persib, Persebaya, atau Persipura. Disamping itu Anda juga dapat membuat kejutan layaknya Bhayangkara FC yang menjadi juara divisi teratas hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun setelah berdiri.

2. Klub Raksasa yang Tertidur (Persipura, PSM)

Source: Twitter Persipura Jayapura dan PSM Makassar

Persipura Jayapura dan PSM Makassar pada dasarnya adalah da klub tradisional dengan segudang prestasi yang membanggakan. Namun entah kenapa kedua tim kini layaknya raksasa yang tengah tertidur. Pada musim ini, baik PSM ataupun Persipura terlihat kesulitan untuk dapat bersaing di level teratas. Tidak seperti musim-musim sebelumnya, kedua klub berada di papan bawah sepanjang musim alih-alih bersaing memperebutkan gelar juara.

Dalam 5 musim terakhir, PSM dan Persipura hampir selalu mampu bersaing di papan atas. PSM Makassar menempati peringkat 3 pada musim 2017 serta sukses menjadi runner-up pada musim 2018. Sedangkan Persipura menempati peringkat 3 pada musim 2019 dan peringkat 4 pada musim 2020/2021.

Mengangkat prestasi kedua tim dan membalikan keadaan dari dunia nyata rasanya dapat menjadi tantangan yang menarik. PSM terakhir kali mengangkat piala Liga Indonesia adalah pada musim 1999/2000. Sedangkan Persipura terakhir kali merajai Liga Indonesia adalah pada musim 2016 ketika kompetisi sedang bertajuk ISC.

Mengembalikan kejayaan tim asal wilayah timur Indonesia tersebut merupakan sebuah tantangan ideal bagi mereka yang suka membangkitkan para raksasa yang tengah tertidur. Apalagi Persipura musim ini skuadnya cenderung berusia muda dan belum punya nama di percaturan sepak bola nasional. Nama-nama seperti Theo Numberi, Braif Fatari, Imanuel Rumbiak, Ricky Cawor, Patrick Womsiwor, dan Joshua Isir merupakan aset berharga bagi Tim Mutiara Hitam. Belum lagi nama-nama muda yang mulai terdengar namanya macam Ramai Rumakiek, Gunansar Mandowen, dan Todd Ferre.

Sedangkan skuad PSM musim ini dihuni pemain-pemain senior yang sepertinya sudah mulai habis. Nama-nama seperti Zulkifli Syukur, Hasim Kipuw, Abdul Rahman, Ferdinan Sinaga, dan Rasyid Bakri masih menjadi andalam Tim Juku Eja untuk mengarungi musim.

Ferdinand Sinaga, Penyerang Senior Andalan PSM
Source: Twitter PSM Makassar

Merombak skuad PSM sepertinya merupakan tugas yang cukup menarik. Jika memilih PSM, penulis menyarankan untuk membangun tim di sekitar Wiljan Pluim dengan support dari Muhammad Arfan, Yakob Sayuri, Hilman Syah, dan Julyano Pratama yang memiliki kemampuan cukup bagus dan layak untuk dipertahankan terutama untuk proyek jangka panjang.

3. Klub Kutub Baru (Bali United & Bhayangkara FC)

Source: Twitter Bali United dan Bhayangkara FC

Dalam beberapa tahun terakhir, lahir tim-tim anyar yang menjelma menjadi kekuatan baru di kancah sepak bola nasional. Bali United dan Bhayangkara FC jadi 2 tim muda terdepan yang mampu menantang para tim tradisional. Kedua tim anyar tersebut seperti membentuk suatu kutub persaingan baru. Keduanya sudah pernah merasakan manisnya gelar juara Liga Indonesia, suatu hal yang bahkan beberapa tim tradisional saja belum pernah merasakannya.

Tentu saja kemunculan ketiga tim tersebut memberikan warna baru. Meski banyak mendapatkan cibiran dari para penggemar klub lain, kedua tim tersebut terus memperbaiki diri agar bisa terus bersaing di papan atas. Bali United baru saja merampungkan pembangunan kompleks latihannya, selain tentunya mencatat rekor sebagai tim Indonesia pertama yang berhasil merengkuh gelar juara Liga Indonesia secara beruntun. Bali United juga terus meningkatkan kualitas skuadnya sembari memperbaiki program youth developmentnya sehingga nantinya akan menghasilkan bakat-bakat muda yang dapat menjadi tulang punggung tim di masa depan.

Menariknya di FM22, fasilitas klub Bali United masih sebatas adequate. Bahkan training facilitiesnya masih dinilai below average. Hal ini mungkin terjadi karena update mengenai kompleks latihan Bali United yang baru belum diperbarui di FM22. Perbaikan fasilitas bisa menjadi salah satu objective bagi Anda.

Namun objective terbesar menjadi manager Bali United adalah bagaimana Anda dapat mempertahankan status sebagai salah satu penantang gelar di setiap musimnya. Objective lain yang dapat menjadi tantangan tersendiri ketika Anda memutuskan untuk menangani Bali United adalah meregenerasi skuad sebab sebagian besar pemain kunci Serdadu Tridatu sudah memasuki usia senja. Meskipun bertabur bintang dan memiliki manajemen yang suportif, menjadi manager Bali United bukanlah perkara mudah dan dapat menjadi suatu tantangan yang sungguh menarik.

Bhayangkara FC pun tidak mau kalah. Bhayangkara FC memiliki tim scouting yang sangat bagus. Seringkali mereka mampu menemukan pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim. Faktor tersebut yang melanggengkan kekuatan Bhayangkara FC di papan atas dalam beberapa musim terakhir walaupun sering ditinggal para pemain kuncinya. Skuad Bhayangkara FC di musim 2021/2022 merupakan skuad yang mewah dengan deretan bintang macam Evan Dimas, Hansamu Yama, Muhammad Hargianto, Andik Vermansyah, Awan Setho, sampai Eze N’Douassel dan Melvin Platje. Bhayangkara FC praktis mungkin merupakan salah satu klub Indonesia termudah untuk ditangani di FM22 jika melihat skuad, manajemen, dan fasilitasnya. Sepertinya tantangan terbesar Bhayangkara FC adalah bagaimana cara merebut gelar dari Bali United dan meraih kesuksesan di kancah Asia.

Jika Anda memilih untuk menangani Bali United atau Bhayangkara FC, hal tersulit yang harus Anda lakukan sepertinya adalah menyingkirkan Paul Munster atau Stefano Cuggura dari kursi kepelatihan.

Paul Munster dan Stefano Cuggura
Source: Twitter Bali United dan Bhayangkara FC

Kategori lain akan dibahas di part selanjutnya ya, terima kasih banyak!!!!!!


follow me @Rtupoke and the Fan Page or subscribe this blog ya FM Lovers. Keep Sharing//

Iklan