Ditulis oleh : Audikul
Kamu juga ingin tulisan tentang Football Managermu dimuat di Artupoke.com, cek dimari !
Artikel ini adalah bagian kedua. silahkan klik INI untuk membaca bagian pertama .
Seperti yang sudah saya janjikan di part sebelumnya (bisa dibaca di sini), di part 2 ini saya akan menjelaskan kenapa saya harus mengakhiri petualangan saya bersama Barrow AFC.
Saya memulai save ini dengan HANYA mengaktifkan satu negara saja, yaitu Inggris, dengan mengaktifkan seluruh liga yang ada, dari Premier League hingga Vanarama Natioanl North/South. Hal ini bertujuan agar proses bergantinya hari bisa berjalan dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Sebagai ganti dari liga lain yang tidak saya aktifkan, saya menggunakan opsi custom database untuk tetap mendapatkan real players dari negara lain, khususnya di tim divisi teratas liga-liga eropa.

Cara ini cukup sukses dalam mempercepat proses ganti hari. Dalam kurun waktu singkat, saya bisa memainkan 3-4 pertandingan dalam mode extended highlight, kecuali saat bursa transfer tentu saja :D. namun, car aini menimbulkan ketidakseimbangan dalam universe saya. Tim-tim asal inggris tampak sangat dominan dalam berbagai hal, khususnya yang saya amati adalah bursa transfer. Apakah anda akan berpikir Leonardo Balerdi-nya Borussia Dortmund akan bermain untuk tim League One di usia produktifnya? Hal itu terjadi di save ini. Ini membuat saya merasa aneh dan tidak nyaman. Hal ini membuat saya harus mengambil keputusan untuk mengakhiri save ini, meskipun belum mencapai semua target yang saya bahas di awal.
Rekapitulasi target
Terdapat 3 target pribadi saya di awal save ini. Bagaimana pencapaiannya sejauh 6 musim ini? Mari kita bahas satu persatu:
- Bermain seperti Barcelona
Di part sebelumnya telah saya sampaikan bahwa manajemen tidak mematok style bermain tertentu. Style bermain seperti Barcelona adalah target saya pribadi. Namun, memasuki musim ketiga, manajemen mulai memaatok untuk memainkan style tertentu. Apa itu? Yak benar: play possession soccer.
Bagi saya, ini merupakan tolak ukur keberhasilan target pertama saya, di samping memang secara statistic Barrow cukup mendominasi possession hampir di setiap musimnya.

Di musim keempat, manajemen kembali menambah target:
Bermain dengan pressing tinggi yang cukup identik dengan Barcelona era Pep Guardiola hingga Luis Enrique. Semakin menyatakan bahwa saya berhasil menanamkan gaya main tertentu ke dalam identitas klub ini. Adapaun keinginan untuk bermain solid dalam bertahan didasari bahwa pada musim keempat ini kami promosi ke League One, meskipun terkesan sulit karena kondisi skuad yang ala kadarnya. Barrow-celona: achieved
- Membangun “La Masia” ala Barrow
Ciri khas Barcelona yang lain adalah menggunakan produk dari akademi untuk memenuhi kebutuhan tim utama. Tidak perlu saya sebutkan, sepertinya semua sudah cukup tahu. Identitas ini juga ingin saya bawa ke Barrow. Bagaimana hasilnya?
Hingga musim keenam ini, baru 2 pemain hasil akademi dan youth intake yang berhasil menembus tim utama dan cukup mendapat menit bermain. Kedua pemain itu adalah William Domingos dan Sam Goss.


Mereka berdua merupakan angkatan pertama youth intake saya sebagai manajer Barrow. Stats mereka awalnya tidak seperti itu, bahkan Domingos hanya memiliki pace dan acceleration di angka 6 dan 7. Namun dengan (cukup banyak) kesabaran dan latihan,statsnya bisa membaik.saya bukan tipe manajer yang suka mengintip potensi pemain menggunakan Genie Scout atau semacamnya, saya lebih sering mempercayai rekomendasi asisten yang dipadukan dengan insting saya. Dalam kasus Domingos, saya cukup sukses.

Selain kedua nama di atas, belum muncul lagi nama yang bisa diandalkan dalam waktu dekat. Domingos butuh sekitar 4 musim untuk menjadi backup utama di posisi bek kanan, sementara Goss baru musim keenam. Memang waktu yang dibutuhkan cukup lama, apalagi dengan keuangan dan fasilitas klub yang terbatas. La Masia ala Barrow: ???

- Mencapai kesuksesan nasional maupun internasional
Poin ini tampaknya cukup jelas. Prestasi tertinggi kami hanyalah promosi dari League Two dengan status runner-up dan bertengger di posisi 15 klasemen akhir League One yang dicapai di musim pertama. Di ajang FA Cup, mentok hanya sampai Second Round, itupun musim ketiga. Di EFL Cup juga sama, mentok Second Round. Di Papa John’s Trophy juga mentok Second Round. Belum ada piala yang bisa kami bawa pulang sejauh ini. Kecuali trofi topskor milik Etxe, itupun ketika Etxe sudah berseragam Wolves. Prestasi: ???
Secara keseluruhan, kami masih sangat amat jauh dari target pribadi saya. Mungkin hanya target ‘Bermain seperti Barcelona’ yang bisa saya katakana sudah tercapai. Keputusan mengakhiri save ini menyatakan bahwa saya gagal dalam menjalankan challenge ini.
Tips bagi pejuang LLM
Sejauh 6 musim petualangan saya bersama Barrow, yang bisa dibilang bermain di lower league, saya belajar cukup banyak hal. Berikut ini 3 hal yang saya pelajari sekaligus menjadi pengingat bagi saya atau siapapun yang ingin bermain dari liga level rendah:
- Jangan terlalu sayang dengan pemain
Ini sepertinya masalah klasik. Karena seorang pemain mencetak 28 gol di musim pertama melatih dan membawa tim promosi, bukan berarti pemain tersebut punya kualitas bagus untuk bersaing di level atasnya. Bisa jadi memang dia hanya bagus untuk level itu. Jika ada tawaran cukup masuk akal dari tim lain untuk pemain tersebut, alangkah baiknya untuk dilepas saja, dan usahakan agar tidak merekrut dia lagi di musim-musim berikutnya. Ini terjadi pada saya, namun lebih dikarenakan tidak ada pemain lain yang berminat untuk bergabung ke Barrow. jika ada pemain dengan kualitas lebih bagus yang mau bergabung ke tim saya, tentu saya akan merekrutnya.
- Upgrade kualitas, bukan kuantitas
Poin ini masih berkaitan dengan poin no 1. Kualitas di sini bukan hanya kualitas pemain, namun juga kualitas fasilitas latihan, junior coaching, youth recruitment, dsb. Tentu ini memerlukan kesabaran ekstra, apalagi bila tim kita terbatas dari segi finansial. Merekrut pemain saja susah kok mau upgrade fasilitas?
Kualitas pemain pun demikian, makin tinggi kasta suatu tim, makin tinggi pula tingkat persaingan, makin tinggi pula tuntutan kualitas pemain. Namun, penghambat peningkatan kualitas pemain ini biasanya reputasi klub. Sekalipun klub kita bermain di level yang lebih tinggi, jika reputasi tidak naik signifikan, pemain juga akan malas bergabung. Masalahnya, prestasi menentukan reputasi, kualitas memntukan prestasi. Nahloh gimana hayo? 😀
- Cari senior affiliate
Ini merupakan salah satu cara mengaplikasikan pepatah ‘sekali cari senior affiliate, duit dan pemain bisa didapatkan’. Senior affiliate biasanya akan memberi uang rutin tiap tahunnya, tidak besar memang, tapi tentu akan berguna. Selain itu, bisanya bila kita henda meminjam pemain, kita tidak perlu membayar gaji pemain tersebut. Kita juga tidak harus memainkan pemain tersebut apabila klub mengirim pemainnya ke kita. Tentu ini sangat menguntungkan kita, bukan?
Tentu tips di atas berdasarkan apa yang saya alami. Barangkali manajer lain mempunyai tips yang berbeda berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Yang jelas, bagi saya pribadi, ini merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan.
Pada akhirnya, “Barrow-celona Challenge” ini tidak berakhir baik. Namun, banyak pelajaran yang bisa diambil, khususnya tentang pengaktifan liga. Apakah saya akan memainkan ulang challenge ini? Well, bisa ya, bisa juga tidak. Apakah kalian tertarik mencobanya?
follow me @Rtupoke and the Fan Page or subscribe this blog ya FM Lovers. Keep Sharing//
Tinggalkan Balasan