Siapa yang tidak kenal dengan Ange Postecoglou, pria berkebangsaan Australia ini tengah menjadi buah bibir berkat prestasinya yang membawa Tottenham Hotspurs bisa bersaing dengan tim elit Liga Primer Inggris meski baru tahun pertama dia menukangi tim asal London tersebut.

Kedatangan Postecoglou ke Inggris memebawa cv yang mentereng. Setiap tim yang ia tukangi pasti berakhir dengan prestasi. Mulai dari South Melbourne, Timnas Australia, Yokohama F Marino. Bahkan, sebelum melatih Tottenham, ia mampu menjuarai gelar Liga Skotlandia bahkan mengawinkannya dengan gelar Piala Skotlandia dan Piala Liga.

Nyatanya, kesuksesan dirinya di berbagai klub mulai dari Asia hingga Eropa itu terinspirasi dari kegemaran dirinya bermain game Football Manager yang sudah ia lakukan sejak edisi FM 2005 ketika dirinya masih berstatus sebagai pelatih Timnas Australia U-17 dan U-20.

“Mungkin saya sudah mulai memainkannya tidak lama setelah (edisi pertama) rilis, dan pada saat itu saya juga telah bekerja di tim nasional,” ujar manajer berusia 58 tahun itu.

“Saya menyukai konsepnya dan sangat mirip dengan apa yang saya lakukan pada saat itu. Tetapi game ini hanya menjadi perpanjangan dari itu, karena Anda memiliki kebebasan di dalam permainan untuk melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan di dalam kehidupan nyata,” tuturnya.

Postecoglou mengaku menyukai bermain dengan klub kecil. Salah satu yang ia kenang adalah melatih National League atau tier kelima dalam piramida sepak bola Inggris, Southend United.

“Seperti kebanyakan orang, saya suka menangani klub kecil untuk mencapai ke level tertinggi. Dan saya rasa klub yang cocok bagi saya adalah Southend United,” kata Postecoglou.

“Satu-satunya alasan mengapa saya memilih klub tersebut karena (namanya) paling mirip dengan South Melbourne, klub tempat saya tumbuh dan bermain. Saya berhasil membawa klub bermain di Liga Champions.”

“Itu adalah momen terhebat saya, tetapi juga menjadi patah hati terbesar setelah klub memecat saya hanya dalam enam bulan setelahnya, tepat ketika saya mengharapkan (dibuatkan) sebuah patung (sebagai penghargaan),” tuturnya.

Di sisi lain, Postecoglou juga mengaku sering memainkan klub-klub besar yang ada. Namun motivasi utama dirinya memainkan klub tersebut adalah untuk menemukan para pemain masa depan alias wonderkid yang terdata di dalam game.

“Saya juga pernah bergabung dengan klub-klub besar, tetapi kesuksesan seperti itu tidak terlalu memuaskan. Namun saya hanya ingin mencoba menemukan bintang masa depan, dan saya cukup agresif dalam hal transfer,” ucap manajer yang pernah melatih klub Yokohama F. Marinos di J.League.

“Saya tidak suka bersama pemain terlalu lama dan terus bergerak (di bursa transfer). Jadi saya pernah memiliki beberapa keberhasilan (transfer),” tuturnya.

Postecoglou pun memberi saran kepada pemain Football Manager agar tidak load-save dengan menikmati permainan.

“Lakukan saja dengan keras, jangan bermain aman kapan pun. Anda bisa memenangkan Liga Champions dan dipecat, jadi jangan takut pada apa pun. Apa pun yang ada dalam pikiran Anda, impian dan aspirasi terliar Anda, lakukan saja. Lakukan dengan cara yang paling radikal karena kesuksesan pun tidak menjamin Anda tidak akan dipecat,” ungkapnya.

Simak video lengkap wawancara Ange Postecoglou